Jakarta serahkan pada ahlinya!
Yo pren! Mungkin kalian pernah dengar kalimat di atas, khususnya bagi warga Jakarta. Yang ada dipikiran kita sekarang adalah “Jakarta?? Macet dan Banjir”. Dibawah ini saya akan menulis celotehan atau unek-unek mengenai permasalahan ibukota negara ini yang begitu rumit.
Sebelumnya saya mohon maaf jika tulisan ini tidak berkenan di hati dan kurang cocok dengan pikiran anda yang lebih pandai dan mengerti tentang ruwetnya Jakarta. Karena saya hanyalah anak 17+ yang tinggal di Jogja (bukan Jakarta) merasa miris ketika menonton berita di televisi.
Mengapa ketika banjir begini yang diurus semua orang hanyalah kumis? Apakah kumis yang sexy itu menyebabkan banjir dan macet? Menurut saya ini sangatlah konyol ketika banjir malah ribut masalah yang gak penting banget itu. Disini menurut pandangan saya, terdapat dua kesalahan. Pertama, dari segi pemerintah yang hanya mengumbar janji. Kedua, masyarakat Indonesia yang pandai dan cenderung hanya bisa mengkritik pedas. Waktu Bang Foke (mungkin Foke = Fauzi oke ya?) kampanye, saya merasa ragu karena beliau berkampanye begini, “Jakarta serahkan pada ahlinya. Saya akan berusaha mengurangi masalah banjir dan macet”(kalau ndak salah begitulah yang saya dengar dari televisi). JLEGER! Saya yang mendengar kata itu saja langsung ragu. Apakah benar beliau bisa? Ya sekarang lihat saja buktinya.
Salahnya Pemerintah
Menurutku banjir itu masalah yang rumit. Tidak hanya masalah pemerintahnya saja yang gak becus, tetapi warga juga turut andil dalam menanggulangi banjir. Akan tetapi disini saya akan mengkritik tentang pemerintah dahulu. Memang benar sekarang Pak Fauzi Bowo berkata, “Sekarang ini, Jakarta banjir itu karena masalah hujan yang tidak teratur, blablabla”. Tuh kan? Iklim dan cuaca sekarang lagi kacau dan sulit ditebak. Mengapa beliau dahulu berani berkampanye akan menanggulangi masalah banjir?? Mungkin benar jika warga berkata, “Ini sebenarnya masalah janji beliau saat kampanye, pokoknya sekarang saya gak mau tau dan minta bukti janji itu!”. Nah loh? Memangnya warga bakalan lupa begitu saja dengan janji-janji pejabat yang berkampanye? Banjir ini merupakan masalah serius yang harus segera diurus sebelum tambah parah (sebenarnya memang sudah parah). Kata dosen saya, Bu Alexandra I. D. , “Masalah banjir itu melibatkan berbagai sector untuk menanggulanginya. Tidak hanya disalahkan kepada Dinas Pekerjaan Umum saja” (kurang lebih begitulah kata dosen saya). Dinas Pekerjaan Umum, Pengaturan Tata kota, Dinas Kebersihan (ada gak sih?) itu mungkin menurut saya yang seharusnya diturunkan untuk memikirkan masalah banjir. Perizinan pembangunan perumahan elit yang sering diiklankan oleh Feny Rose itu perlu juga ditinjau. Mungkin perumahan itu masih menerapkan lahan hijau (kata iklannya begitu), tetapi apakah memperhatikan masalah peresapan air hujan, saluran air, dan cara pengambilan air bersihnya? Kalau pengambilan air bersihnya menggunakan sumur bor yang menggunakan air tanah lapisan kedua (kalau bingung? Coba buka buku geografi anda bab lapisan tanah) maka permukaan tanah semakin lama semakin ambles. Karena hal itu, banjir rob bisa juga terjadi dan Jakarta tenggelam itu bakalan terjadi. Nah ini untuk bapak dan ibu dewan perwakilan rakyat yang terhormat. Daripada anda berjalan-jalan dan menikmati indahnya Negara luar, mbok coba anda jalan-jalan di Negara sendiri, buka mata dan hati untuk melihat perumahan kumuh yang mengerikan di pinggir sungai. Mungkin itu juga yang menyebabkan masalah banjir, sungai yang seharusnya menjadi saluran air malah menjadi perkampungan. Coba deh anda pikirkan untuk membangun rumah susun untuk mereka, bukan malah mau menbangun gedung DPR baru. Kan dalam UUD 1945 disebutkan bahwa warga miskin akan diurus Negara. Kalau ada permasalahan mereka tidak mau dipindahkan, mungkin karena mereka sudah tidak percaya lagi dengan anda yang hanya bisa bermulut manis saat kampanye mencalonkan menjadi anggota DPR.
Salahnya Masyarakat
Sampah ini membunuhku |
Sekali lagi, mungkin ini semua memang kebanyakan karena salah pemerintah dalam mengurusi ibukota. Akan tetapi warga tidak selamanya harus ngotot menyalahkan dan menuntut hak kepada pemerintah. Seharusnya hak diimbangi dengan kewajiban. Dalam hal ini kita semua juga harus turun tangan. Tidak cuma bisa megang BlackBerry lalu update status dan mengolok-olok pemerintah yang gak becus. Coba deh berpikir, “Apakah kita sudah menjaga kebersihan lingkungan kita?”. Minimal kita harus buang sampah di tempat sampah yang sebenarnya. Bukan berarti ketika kita melihat sampah di sungai lalu berpikir “Ini banyak banget sampah, berarti ini disebut tempat sampah juga dong? Ikutan buang sampah di sungai ini yuk”. MODAR aja deh kalian jika kita masih berpikir konyol seperti itu, kapan ada perubahan. Saya ingat perkataan dosen fisiologi saya, Pak Tri Pitara, “Jangan menyuruh badan kita untuk menyesuaikan dengan makanan yang kita makan, tetapi aturlah kita untuk makanan apa yang akan masuk di tubuh kita”. Bingung? Sebenarnya ini bisa di-analogikan begini, “Kita tidak bisa menyuruh lingkungan menyesuaikan diri dengan keadaan kita. Tetapi kita lah yang harus melakukan perubahan untuk mengubah lingkungan itu menjadi lebih baik”. Saya sangat bangga dengan orang-orang yang dapat mengolah sampah itu. Selain menjaga kebersihan lingkungan, mereka juga dapat menaikkan taraf ekonomi dari uang hasil olahan sampah itu.
Butuh yang kayak gini |
Ok mungkin segini saja guneman dan ocehan saya. Untuk catatan semisal ada yang bertanya begini, “Nah kalau kita turun tangan bantu-bantu bersihin got, terus nanti tugasnya pemerintah dan petugas kebersihan apa? Nanti anggaran untuk bersih-bersih itu jangan-jangan dikorupsi?”. Nah itu hukum di Negara kita yang harus dibenahi…..
Silahkan sebagai pembaca dan masyarakat yang pandai dan peduli dengan keadaan di atas, tuliskan pendapat anda di kotak komentar bawah ini.
2 comments:
wih *prok prok prok* *kasi upil berbentuk ipad*
Jakarta oh Jakarta..
Post a Comment